Minggu, 29 Juni 2014

COGNITIVE PSYCHOLOGY (PSIKOLOGI KOGNITIF)


Disusun Oleh :
Nama : Hikmah Fajriyah
NIM : 111301630033
Semester 2
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2014

COGNITIVE PSYCHOLOGY
(PSIKOLOGI KOGNITIF)

   1.     LATAR BELAKANG
Perkembangan teori psikologi memunculkan teori-teori belajar. Salah satu diantara teori belajar yang terkenal adalah teori belajar behaviorisme dengan tokohnya B.F. Skinner, Thorndike, Watson dan lain-lain. Dikatakan bahwa, teori-teori belajar hasil eksperimen mereka secara prinsipal bersifat behavioristik dalam arti lebih menekankan timbulnya perilaku jasmaniah yang nyata dan dapat diukur.
Namun seiring dengan kemajuan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan, teori tersebut mempunyai beberapa kelemahan, yang menuntut adanya pemikiran teori belajar yang baru. Dikatakan bahwa, teori-teori behaviorisme itu bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon, sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot, padahal setiap manusia memiliki kemampuan mengarahkan diri (self-direction) dan pengendalian diri (self control) yang bersifat kognitif, dan karenanya ia bisa menolak respon jika ia tidak menghendaki, misalnya karena lelah atau berlawanan dengan kata hati, dan proses belajar manusia yang dianalogikan dengan perilaku hewan itu sangat sulit diterima, mengingat mencoloknya perbedaan karakter fisik dan psikis antara manusia dan hewan. Hal ini dapat diidentifikasi sebagai kelemahan teori behaviorisme.
Dari kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam teori behaviorisme dapat diambil suatu pertanyaan, “Upaya apa yang akan dilakukan oleh para ahli psikologi pendidikan dalam mengatasi kelemahan teori tersebut ?’’Realitas ini sangat penting untuk dibahas dalam makalah ini.
Dalam rangka membahas realitas di atas, maka kami membuat makalah ini berdasarka literature yang ada. Berdasarkan tulisan-tulisan dalam berbagai literatur, ditemukan bahwa para ahli telah menemukan teori baru tentang belajar yaitu teori belajar kognitif yang lebih mampu meyakinkan dan menyumbangkan pemikiran besar demi perkembangan dan kemajuan proses belajar sebagai lanjutan dari teori behaviorisme tersebut.

  2.     TUJUAN PENULISAN
a.    Siswa mampu memberikan definisi dari pengertian teori belajar Kognitif (C1).
b.  Siswa mampu mengaitkan teori-teori dari tokoh-tokoh teori belajar Kognitif beserta contoh-contoh pemikirannya kedalam metode belajar (A4).
c.   Siswa mampu mempraktekan implikasikan teori belajar kognitif dalam proses belajar mengajar (P3).

  3.     TEORI
a.     PENGERTIAN TEORI BELAJAR KOGNITIF
Teori ini lebih menekankan  proses belajar daripada hasil belajar. Bagi penganut aliran kognitivistik belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respons. Lebih dari itu belajar adalah melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Menurut teori kognitivistik, ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Proses ini tidak berjalan terpatah-patah, terpisah-pisah, tapi melalui proses yang mengalir, bersambung-sambung, menyeluruh.
Menurut psikologi kognitif, belajar dipandang sebagai suatu usaha untuk mengerti sesuatu. Usaha itu dilakukan secara aktif oleh siswa. Keaktifan itu dapat berupa mencari pengalaman, mencari informasi, memecahkan masala, mencermati lingkungan, mempraktikan sesuatu untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Para psikolog kognitif berkeyakinan bahwa pengetahuan yang dimiliki sebelumnya sangat menentukan keberhasilan mempelajari informasi/pengetahuan yang baru (Siregar & Nara, 2010).
Teori belajar kognitif memfokuskan perhatiannya kepada bagaimana dapat mengembangkan fungsi kognitif individu agar mereka dapat belajar dengan maksimal. Faktor kognitif bagi teori belajar kognitif merupakan factor utama yang perlu dikembangkan olek para guru dalam pembelajaran peserta didik, karena kemampuan belajar peserta didik sangat dipengaruhi oleh sejauh mana fungsi kognitif peserta didik dapat berkembang secara maksimal dan optimal melalui proses pendidikan.
Dengan demikian, para ahli teori belajar kognitif berkesimpulan bahwa salah satu factor utama yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di kelasialah factor kognitif yang dimiliki oleh peserta didik. Factor kognitif merupakan jendela bagi masuknya berbagai pengetahuan yang diperoleh peserta didik melalui kegiatan belajar mendiri maupun belajar kelompok (Nadir & dkk, 2009).
Ketika kami mengatakan bahwa psikologi kognitif adalah ilmu mengenai pemrosesan informasi, yang kami maksudkan adalah bahwa psikologi kognitif berkutat dengan cara kita memperoleh dan memproses informasi mengenai dunia, cara informasi tersebut disimpan dan diproses oleh otak, cara kita menyelesaikan masalah, berfikir dan menyusun bahasa, dan bagaimana proses-proses ini ditampilkan dalam perilaku yang dapat diamati.
Psikologi kognitif mencakup keseluruh proses psikologis – dari sensasi ke persepsi, pengenalan pola, atensi, kesadaran, belajar, memori, formasi konsep, berpikir, imajinasi, bahasa, kecerdasan, emosi, dan bagaimana keseluruhan hal tersebut berubah sepanjang hidup (terkait perkembangan manusia) – dan bersilangan dengan berbagai bidang perilaku yang beragam (Solso & dkk, 2007).


b.    NAMA TOKOH-TOKOH PENDUKUNG

Ø Robert M Gagne

http://en.wikipedia.org/wiki/Robert_M._Gagné
Robert Mills Gagne (21 Agustus 1916 - 28 April 2002) adalah seorang Amerika psikolog pendidikan paling dikenal karena " Kondisi Learning ". Gagne merintis ilmu instruksi selama Perang Dunia II ketika ia bekerja dengan pilot pelatihan Army Air Corps. Dia melanjutkan untuk mengembangkan serangkaian penelitian dan karya yang sederhana dan menjelaskan apa yang dia dan orang lain diyakini 'instruksi yang baik.' Gagne juga terlibat dalam menerapkan konsep teori instruksional untuk desain berbasis komputer pelatihan dan multimedia pembelajaran berbasis rujukan.
Karya Gagne kadang-kadang diringkas sebagai asumsi Gagne. Asumsinya adalah bahwa berbagai jenis belajar ada, dan bahwa kondisi pembelajaran yang berbeda yang paling mungkin untuk membawa tentang tipe-tipe belajar yang berbeda.

Ø  Jean Piaget

http://id.wikipedia.org/wiki/Jean_Piaget
Jean Piaget [ʒɑ̃ pjaˈʒɛ] (lahir di Neuchâtel, Swiss, 9 Agustus 1896 – meninggal 16 September 1980 pada umur 84 tahun) adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan psikolog perkembangan Swiss, yang terkenal karena hasil penelitiannya tentang anak-anak dan teori perkembangan kognitifnya. Menurut Ernst von Glasersfeld, Jean Piaget adalah juga "perintis besar dalam teori konstruktivis tentang pengetahuan". Karya Piaget pun banyak dikutip dalam pembahasan mengenai psikologi kognitif.

Ø  Ausubel
http://en.wikipedia.org/wiki/David_Ausubel


David Paul Ausubel (1918-2008) adalah seorang psikolog Amerika yang lahir di New York. Nya kontribusi paling signifikan untuk bidang psikologi pendidikan , ilmu kognitif, dan belajar ilmu pendidikan adalah pada pengembangan dan penelitian tentang penyelenggara muka sejak tahun 1960.



Ø  Bruner
http://en.wikipedia.org/wiki/Jerome_Bruner


Jerome Seymour Bruner (lahir 1 Oktober 1915) adalah psikolog yang telah memberikan kontribusi signifikan terhadap manusia psikologi kognitif dan kognitif teori belajar dalam psikologi pendidikan , serta sejarah dan umum filsafat pendidikan . Bruner saat ini seorang peneliti senior di New York University School of Law . Dia menerima gelar BA pada tahun 1937 dari Duke University dan Ph.D. dari Universitas Harvard pada tahun 1941.

c.      POKOK-POKOK TEORI
Ø  Robert M Gagne
Salah seorang yang belajar dari psikologi kognitif adalah teori pemrosesan informasi (Information Processing Theory) yang dikemukakan Gagne. Menurut teori ini, belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi dalam otak manusia. Sedangkan pengolahan otak manusia sendiri dapat dijelaskan sebagai berikut.
a.      Receptor (alat-alat indera) menerima rangsangan dari lingkungan dan mengubahnya menjadi rangsangan neural, memberikan simbol-simbol informasi yang diterimanya dan kemudian diteruskan kepada.
b.      Sensory register (penampungan kesan-kesan sensoris) yang terdapat pada syaraf pusat, fungsinya menampung kesan-kesan sensoris dan mengadakan seleksi, sehingga terbentuk suatu kebetulan perseptual (persepsi selektif). Informasi-informasi yang masuk, sebagian hilang dari system.
c.       Short-term memory (memori jangka pendek) menampung hasil pengolahan perseptual dan menyimpannya. Informasi tertentu disimpan lebih lama dan diolah untuk menentukan maknanya. Memori jangka pendek dikenal juga dengan memori kerja (working memory), kapasitasnya sangat terbatas, waktu penyimpanannya juga pendek. Informasi dalam memori ini dapat ditransformasi dalam bentuk kode-kode dan selanjutnya diteruskan ke memori jangka pendek.
d.      Long-term memory (memori jangka panjang), menampung hasil pengolahan yang ada di memori jangka pendek. Informasi disimpan dalam jangka panjang dan bertahan lama, siap untuk dipakai bila diperlukan. Saat transformasi informasi, informasi-informasi baru terintegrasi dengan informasi-informasi lama yang sudanh tersimpan. Pengeluaran kembali atttas informasi-informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang adalah dengan pemanggilan. Ada dua cara pemanggilan (1) informasi mengalir dari memori jangka panjang ke memori jangka pendek dan kemudian ke response generator; (2) informasi mengalir langsung dari memori jangka panjang ke response generator selama pemanggilan (respons otomatis).
e.       Response Generator (pencipta respon), menampung informasi yang tersimpan dalam memori jangka panjang danmengubahnya menjadi reaksi jawaban.

Menurut psikologi kognitif, reinforcement sangat penting juga dalam belajar, meskipun alasan yang dikemukakan berbeda dengan psikologi behavioristik. Menurut psikologi behavioristik, reinforcement berfungsi sebagai penguat respons atau tingkah laku, sementara menurut psikologi kognitif berfungsi sebagai balikan (feedback), mengurangi keragu-raguan hingga mengarah kepada pemahaman.
Ø  Jean Piaget
Menurut Piaget, proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yakni asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi (penyeimbangan). Asimilasi adalah proses pengintegrasian informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada. Akomodasi adalah proses penyesuainan struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Sedangkan equilibrasi adalah penyesuaian kesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
Piaget juga mengemukakan bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Dalam konteks ini, terdapat empat tahap, yaitu tahap sensorimotor (anak usia 1,5 – 2 thn), tahap praoperasional (2 -8 thn), dan tahap operasional konkret (usia 7/8 tahun sampai 12/14 tahun), dan tahap operasional formal (14 tahun atau lebih). Secara umum, semakin tinggi tingkat kognitif seseorang maka semakin teratur dan juga semakin abstrak cara berpikirnya.
Tahapan
Usia
Gambaran
Sensorimotor
Lahir – 2
tahun
Bayi bergerak dari tindakan reflek instingtif pada saat lahir sampai permulaan pemikiran simbolis. Bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia melalui pengoorgadinasian pengalaman-pengalaman sensor dengan tindakan fisik
Praoperational
2 – 6/7
tahun
Anak mulai merepresentasikan dunia denan kata-kata dan gambar-gambar.
Oprasional Konkret
6/7 – 11/12
tahun
Pada saat ini anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa-peristiwa yang konkret
Oprasional Formal
11/12 s/d dewasa
Anak remaja berpikir dengan cara yang lebih abstrak dan logis. Pemikiran lebih idealistik
(Ormrod, 2009)
Ø  Ausubel

Menurut Ausubel, siswa akan belajar dengan baik jika isi pelajaran (instructional content) sebelumnya didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa (advance organizers).
Advance organizers adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi semua isi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa. Advance organizers dapat memberikan tiga macam manfaat; (1) menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi yang akan dipelajari, (2) berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara yang sedang dipelajari dan yang akan dipelajari, (3) dapat membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah. Untuk itu, pengetahuan guru terhadap isi pembelajaran harus sangat baik, dengan demikian ia akan mampu menemukan informasi yang sangat abstrak, umum dan inklusif yang mewadahi apa yang akan diajarkan.
Ø  Bruner
Burner mengusulkan teori yang disebutnya free discovery learning. Teori ini menjelaskan proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru member kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan (termasuk konsep, teori, definisi, dan sebagainya) melalui contoh-ccontoh yang menggambarkan (mewakili) aturan yang menjadi sumbernya. Siswa dibimbing secara induktif untuk mengetahui kebenaran umum. Keuntungan “belajar menemukan” adalah sebagai berikut.
a.       Menimbulkan rasa ingin tahu siswa, dapat memotifasi untuk menemukan jawaban-jawaban.
b.      Menimbulkan keterampilan memecahkan masalah secara mandiri dan mengharuskan siswa untuk menganalisa dan memanipulasi informasi.
Teori-teori kognitif ini juga sarat akan kritik, terutama teori kognitif Piaget, karena sulit dipraktikan khususnya di tingkat-tingkat lanjut. Selain itu beberapa konsep tertentu, seperti intelegensi, belajar atau pengetahuan yang mendasari teori ini sukar dipahami dan pemahaman itu sendiri pun masih belum tuntas (Siregar & Nara, 2010).

  4.     ANALISIS TEORI
Secara umum menurut teori kognitif belajar adalah proses yang menekankan pada proses membangun ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan berbagai aspek yang bersifat intelektualitas. Teori kognitif sering disebut sebagai model perseptual, yakni proses untuk membangun atau membimbing siswa dalam melatih kemampuan mengoptimalkan proses pemahaman terhadap suatu obyek.

Teori kognitif merupakan suatu teori pembelajaran yang mengarah pada kualitas intelektual peserta didik. Kognitif menyangkut pada kemampuan sesorang untuk mengembangkan kemampuan rasional/ akalnya.

Menurut Piaget, perkembangan kognitif sesorang merupakan proses yang bersifat genetik, bertambahnya umur seseorang mengakibatkan susunan sel-sel saraf semakin kompleks dan meningkatkan kemampuannya khususnya dalam bidang intelektual. Brunner mengemukakan bahwa suatu pembelajaran dipengaruhi oleh dinamika perkembangan realitas di sekitar kehidupan siswa. Dalam pembelajaran guru memberikan ruang gerak yang bebas kepada siswa untuk menemukan konsep atau pemahaman melalui contoh-contohyang ia alami atau jumpai dalam kehidupannya. Brunner berpendapat, perkembangan kognitif dapat dilakukan dengan cara mengajar dari hal yang sederhana ke yang lebih rumit/ luas.

Dalam proses belajar teori ini sangat berpengaruh pada kemajuan intelektual peserta didik. Kecerdasan peserta didik perlu dimulai dengan adanya pembentukan kualitas intelektual, sehingga dalam proses pembelajaran perlu diberikan ruang yang bebas bagi siswa untuk mngembangkan kualitas intelektualnya.

Sekolah-sekolah yang menggunakan teori kognitif menekankan pada aspek-aspek yang bersifat intelektualitas. Oleh karena itu, lulusan hanya kaya akan intelektual, tetapi kurang dalam hal moral. Seharusnya pembelajaran dapat menyeimbangkan antara peran kognisi dan afeksi, sehingga lulusan memiliki keseimbangan antara aspek intelektual dan moral. Dalam proses belajar teori ini sangat berpengaruh pada kemajuan intelektual peserta didik. Kecerdasan peserta didik perlu dimulai dengan adanya pembentukan kualitas intelektual, sehingga dalam proses pembelajaran perlu diberikan ruang yang bebas bagi siswa untuk mngembangkan kualitas intelektualnya.
  5.     KRETIVITAS DAN INOVASI
a.      Ayat Al-Qur’an
Allah dalam Q.S An-Nahl ayat 78 :
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَوَالْأَفْئِدَةَ
لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak tahu apa-apa. Dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan daya nalar agar kamu bersyukur”.
Kata Af-idah dalam ayat ini menurut seorang pakar tafsir Al Quran Dr Quraissy Shihab (1992) berarti daya nalar, yaitu potensi atau kemampuan berfikir logis atau kata lain “akal”. Dalam Ibnu Katsir juz 11 halaman 580 Af-idah berarti akal yang menurut sebagian orang tempatnya dijantung (Qalbu). Sedangkan sebagian lainya menyatakan bahwa Af-idah itu terdapat dalam otak (dimagh).

b.      Hadist
Hadits Nabi 
Artinya  : “Carilah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahat”.
Belajar sepanjang hayat adalah suatu konsep, suatu idea, gagasan pokok islam dalam konsep ini ialah bahwa belajar itu tidak hanya berlangsung di lembaga-lembaga pendidikan formal seseorang masih dapat memperoleh pengetahuan kalau ia mau, setelah ia selesai mengikuti pendidikan di suatu lembaga pendidikan formal. Ditekankan pula bahwa belajar dalam arti sebenarnya adalah sesuatu yang berlangsung sepanjang kehidupan seseorang. Bedasarkan idea tersebut konsepbelajar sepanjang hayat sering pula dikatakan sebagai belajan berkesinambungan (continuing learning). Dengan terus menerus belajar, seseorang tidak akan ketinggalan zaman dan dapat memperbaharui pengetahuannya, terutama bagi mereka yang sudah berusia lanjut. Dengan pengetahuan yang selalu diperbaharui ini, mereka tidak akan terasing dari generasi muda, mereka tidak akan menjadi snile atau pikun secara dini, dan tetap dapat memberikan sumbangannya bagi kehidupan di lingkungannya
c.       Gambar
Gambar : Area-area penelitian utama dalam psikologi kognitif.

Teori Pemrosesan Informasi (Information Processing Theory)
http://tdixonblog.wordpress.com

  6.      APLIKASI TEORI BERDASARKAN TEORI BELAJAR PSIKOLOGI KOGNITIF

LATIHAN PEMBUATAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERDASARKAN TEORI PSIKOLOGI KOGNITIF

Biodata Siswa
Nama                           : Fadhlan Ramadhan
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 24 Desember 2000
Umur                           : 13 tahun
Berat Badan                : 50 Kg
Tinggi Badan              : 150 Cm

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
 (RPP)



Sekolah                             :     SMP
Kelas / Semester              :     VII (tujuh)/Semester 1
Mata Pelajaran                :     IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
Alokasi waktu                  :     2 X 40’

Standar Kompetensi       :     1.     Memahami prosedur ilmiah untuk mempelajari benda-benda alam dengan menggunakan peralatan.

Kompetensi Dasar           :     1.3   Melakukan pengukuran dasar secara teliti dengan menggunakan alat ukur yang sesuai dan sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan Pembelajaran     :    
      ·         Perkembangan Psikomotorik
1.Siswa mampu mempraktekan cara menentukan besaran panjang suatu benda dengan menggunakan mistar, jangka sorong dan mikrometer sekrup (P3).
Alasan :
   Berdasarkan Teori Psikomotorik bahwa peserta didik dapat dikategorikan sebagai masa remaja. Pada masa ini anak tidak melihat segala sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada “gradasi abu-abu” di antaranya. Jadi berdasarkan karakteristik tersebut setelah kegiatan belajar mengajar siswa mampu mempraktekan segala sesuatu yang berkaitan dengan materi yang diajarkan.
      ·         Perkembangan Kognitif
2. Siswa mampu menerangkan cara menentukan besaran massa suatu benda dengan menggunakan neraca Ohaus dan neraca elektronik (C2).
Alasan :
   Berdasarkan Teori Perkembangan Kognitif Piaget, bahwa siswa dikategorikan pada periode operasional formal. Tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Jadi setelah proses belajar dilakukan maka siswa mampu menerangkan kembali materi yang diterangkan oleh pendidik
      ·         Perkembangan Afektif
3. Siswa mampu mengaitkan alat-alat laboratorium yang lain beserta fungsinya (A4).
Alasan :
        Menurut Bloom (1956) aspek afektif dibagi menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
1.      Penerimaan
2.       Menanggapi atau partisipasi
3.       Penilaian atau penentuan sikap.
4.       Pengaturan atau pengorganisasian
      Kata mengaitkan adalah salah satu kata kerja oprasional yang terdapat pada kategori pengaturan atau pengorganisasian. Artinya segala sesuatu yang dapat diatur dalam pikiran-pikiran berdasarkan materi yang bersifat objektif. Mengaitkan disini berarti menangkap relasi nilai materi pelajaran yang telah diajarkan, sehingga diharapkan siswa mengerti kaitan materi-materi yang telah disampaikan.
5.       Pembentukan pola
      ·         Perkembangan Konsep Diri dan Emosi
4. Siswa mampu menggunakan langkah-langkah penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan dalam mempelajari benda-benda alam dengan menggunakan peralatan.
Alasan :
     Upaya mengembangkan emosi remaja dan implikasinya bagi pendidik dengan menggunakan interverensi yang dikemukakan oleh W.T. Grant Consortium tentang unsur-unsur aktif program pencegahan, yaitu :
     1. Pengembangan keterampilan emosional
     2. Perkembangan keterampilan kognitif
         Salah satu cara untuk mengembangkan keterampilan kognitif individu adalah  belajar menggunakan langkah-langkah penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan.
     3. Perkembangan keterampilan prilaku
     Diharapkan siswa mampu mengonsep diri dan emosi dari pelajaran yang diberikan dengan baik.
      ·         Perkembangan Nilai, Moral, dan Sikap
5. Siswa mampu mengaspirasikan pendapatnya dalam mempelajari benda-benda alam dengan menggunakan peralatan.
Alasan :
Pada masa usia 11-13 tahun, pengertian anak tentang baik-buruk tentang norma-norma aturan serta nilai-nilai yang berlaku dilingkungannya menjadi bertambah dan juga menjadi fleksibel,tidak sekaku saat di usia anak-anak awal. Mereka mulai memahami bahwa penilaian baik buruk atau aturan-aturan dapat diubah tergantung dari keadaan atau situasi munculnya perilaku tersebut.  Sehingga diharapkan siswa dapat mengapresiasikan pendapatnya secara baik dan benar setelah pembelajaran.
      ·         Perkembangan Kreativitas
6. Siswa mampu menciptakan alat-alat sederhana yang menyerupai alat-alat ukur alboraturium untuk mempelajari benda-benda alam.
Alasan :
     Berdasarkan Teori Eksistensial (Teori Kreativitas), diketahui bahwa kreativitas yaitu proses melahirkan sesuatu yang baru dari hasil perjumpaan baik manusia dengan manusia maupun manusia dengan alam. Dengan menciptakan alat sederhana yang ada diidupan sehari-hari, diharapkan peserta didik dapat berkreasi dengan imajinasinya.


v  Karakter siswa yang diharapkan :        Disiplin ( Discipline )
Rasa hormat dan perhatian ( respect )
Tekun ( diligence )
Tanggung jawab ( responsibility )
Ketelitian ( carefulness)


Materi Pembelajaran      :    Pengukuran

Metode Pembelajaran     :   Model:
                                               -        Direct Instruction (DI)
                                                -       Cooperative Learning
                                                Metode:
                                                -       Diskusi kelompok
                                                -       Eksperimen
Evaluasi
Cara Mengatasi Lupa dan Jenuh dalam Belajar
·          Kiat mengurangi lupa
       Kiat terbaik untuk mengurangi lupa adalah dengan cara meningkatkan daya ingat akal siswa, diantaranya : 
       1.    Overlearning (belajar lebih) yaitu belajar dengan melebihi batas penguasaan atas materi pelajaran tertentu. Upaya ini dapat dilakukan dengan belajar lebih dari pada kebiasaan-kebiasaan yang berklaku sehingga dapat memperkuat penyimpanan terhadap materi pelajaran yang dipelajari.
       2.    Extra study time (tambahan jam pelajaran) yaitu upaya penambahan alokasi waktu belajar atau penambahan frekuensi (kekrapan) aktifitas belajar. Sehingga dapat memperkuat terhadap materi yang dipelajari. 
       3.    Mnemonic device (muslihat memori) yaitu upaya yang dijadikan alat pengait mental untuk mamasukkan item-item informasi kedalam sistem akal siswa. Macam-macam memonic device : 
             a. Rima (Rhyme) yakni sajak yang dibuat sedemikian rupa yang isinya terdiri dari atas kata dan istilah. Sajak ini akan lebih baik pengaruhnya jika diberi not-not sehingga dapat dinyanyikan.
             b. Singkatan yakni terdiri atas huruf-huruf awal nama atau istilah. Misalnya untuk menghafal bacaan idgham bighunnah dalam ilmu tajwid dengan menggunakan singkatan ”yanmu”.
             c. Sistem kata pasak (peg word system) yakni sejenis teknik mnemonik yang menggunakan komponen-komponen yang sebelumnya telah dikuasai sebagai pasak (paku) pengait memori baru yang dibentuk berpasangan seperti panas api.
             d. Metode losai (method of loci) yaitu kiat mnemonik yang menggunakan tempat-tempat khusus dan terkenal sebagai sarana penempatan kota dan istilah tertentu. Misalnya nama ibu kota Amerika Serikat untuk mengingat nama presiden pertama negara itu (Gerorge washington)
       4.    Mengelompokkan kata / istilah tertentu dalam susunan yang logis.
       5.    Jembatan logika yaitu suatu siasat untuk menyerap, mengolah dan menyiapan informasi penting berupa pokok dalam penggalian informasi yang telah tersimpan dalam memori. Teknik ini berbentuk skema atau bagan yang dibentuk sedemikian rupa berdasarkan pokok pikiran dari suatu gagasan. 
·          Cara-cara mengatasi jenuh belajar
Ada beberapa cara untuk menanggulangi jenuh belajar yaitu: 
1. Istirahat dan mengkonsumsi makanan yang bergizi dengan takaran yang cukup banyak.
2. Menjadwal dengan baik proses belajarnya.
3. Menata kembali lingkungan belajarnya meliputi pengubahan posisi meja tulis, lemari, rak buku, alat-alat perlengkapan belajar dan sebagainya sampai memungkinkan siswa merasa berada di sebuah kamar baru yang lebih menyenangkan untuk belajar.
4. Memberi stimulasi baru dan motivasi agar siswa merasa terdorong untuk belajar lebih giat dari pada sebelumnya.
5. Membuat kegiatan yang menimbulkan keaktifan siswa dengan cara mencoba belajar dan belajar lagi. 
Teori Bakat Multiple Intellegence

             Dalam pengevaluasian kegiatan belajar atau hasil belajar siswa, hendaknya guru memerhatikan aspek-aspek psikologis siswa,seperti yang ada dalam Teori Intelegensi (kecerdasan), meliputi 8 jenis kecerdasan yang terdiri dari kecerdasan linguistikkecerdasan logika-matematikakecerdasan visual spasialkecerdasan gerak tubuhkecerdasan musikalkecerdasan interpersonalkecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis.
             Penilaian dapatdilakukan dengan melihat kecerdasan bahasa, logika, ketuhanan, keaktifan.
           Dalam hal ini peserta didik yang saya ajar memiliki teori bakat kecerdasan linguistic , karena siswa dapat menghapal teori-teori yang di berikan. 

Langkah-langkah Kegiatan

PERTEMUAN PERTAMA
a.   Kegiatan Pendahuluan
      Motivasi dan apersepsi
      -     Bagaimana cara menggunakan alat ukur sederhana?
      -     Bagaimana mendapatkan hasil pengukuran yang tepat?
      -     Prasyarat pengetahuan
      -     Apakah Satuan Internasional (SI) dari besaran panjang, massa dan waktu?
      -     Bagaimana mengkonversi satuan dari hasil pengukuran ke dalam Satuan Internasional (SI) ?
      Pra eksperimen
      -     Berhati-hatilah menggunakan peralatan yang digunakan dalam pengukuran.

b.   Kegiatan Inti.
§ Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
F Mengetahui cara menentukan besaran panjang suatu benda dengan menggunakan mistar, jangka sorong dan mikrometer sekrup.
F Mengetahui cara menentukan besaran massa suatu benda dengan menggunakan neraca Ohaus dan neraca elektronik.
F Mengetahui cara menentukan besaran waktu dengan menggunakan stopwatch.
F Mengetahui cara menentukan volume benda padat yang bentuknya teratur dan tidak teratur.
F Mengetahui alat-alat laboratorium yang lain beserta fungsinya
F melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
F menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain;
F memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
F melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
F memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.

§ Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru:
F Guru membimbing peserta didik dalam pembentukan kelompok.
F Perwakilan dari tiap kelompok diminta untuk mengambil mistar, jangka sorong dan mikro-meter sekrup.
F Guru mempresentasikan bagian-bagian mistar, jangka sorong dan mikrometer sekrup dan menunjukkannya kepada peserta didik.
F Guru meminta salah satu peserta didik untuk melakukan hal yang sama seperti yang ditunjukkan oleh guru, jika ada kesalahan langsung diberi umpan balik.
F Guru mendemonstrasikan langkah-langkah penggunaan alat ukur, pengukuran suatu objek, cara membaca skala, menentukan nilai dan membandingkan tingkat ketelitian dari hasil pengukuran dengan menggunakan mistar, jangka sorong dan mikrometer sekrup.
F Guru juga melakukan hal yang sama terhadap alat ukur neraca Ohaus, neraca elektronik dan stopwatch.
F Peserta didik mengerjakan lembar kerja yang sudah disiapkan oleh guru.
F Guru memeriksa kegiatan pengukuran yang dilakukan peserta didik apakah sudah dilakukan dengan benar atau belum. Jika masih ada peserta didik atau kelompok yang belum dapat melakukannya dengan benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan.
F memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan;
F memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang  menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik.
§ Konfirmasi
 Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
F memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
F memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber,
F memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,
F memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:
Ø  berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar;
Ø  membantu menyelesaikan masalah;
Ø  memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi;
Ø  memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh;
Ø  memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.

c. Kegiatan Penutup
      Dalam kegiatan penutup, guru:
F bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan  pelajaran;
F melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;
F memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
F merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;
F Guru memberikan penghargaan pada kelompok dengan kinerja baik.
F Peserta didik (dibimbing oleh guru) merangkum kegiatan yang telah dilaksanakan.   .         
Uji kompetensi lisan:
Ø  Sebutkan bagian-bagian dari jangka sorong, mikrometer sekrup dan neraca Ohaus.
Ø  Sebutkan tingkat ketelitian dari hasil pengukuran dengan menggunakan mistar, jangka sorong dan mikrometer sekrup.

Sumber Belajar
a.   Buku IPA Terpadu
b.   Buku kerja
c.   Alat-alat ukur

Penilaian Hasil Belajar

Indikator Pencapaian
Teknik Penilaian
Bentuk Instrumen
Instrumen/ Soal  
§ Mengukur besaran fisika secara baik dan benar dengan meng-gunakan alat ukur

§ Memperhatikan dan menerapkan keselamatan kerja dalam pengu-kuran.

Tes tertulis
Tes uraian
  • Sebutkan lima macam alat laboratorium
      beserta fungsinya

Contoh Instrumen:
      -     Instrumen eksperimen
            Menentukan volume benda padat yang bentuknya tidak teratur dengan menggunakan gelas ukur.
Benda
Volume air
Volume benda + air
Volume benda
Benda 1



Benda 2



Benda 3



           


Mengetahui,
Kepala SMP/MTs ……………



(__________________________)
NIP/NIK :

…..,……………………  20 …….
Guru Mapel Ilmu Pengetahuan Alam



(_______________________)
NIP/NIK :


SUMBER

Nadir, & dkk. (2009). Paket 1-7 PSIKOLOGI BELAJAR Edisi Pertama. Surabaya: Amanah Pustaka.
Ormrod, J. E. (2009). EDISI KEENAM Psikologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga.
Siregar, E., & Nara, h. (2010). TEORI BELAJAR dan PEMBELAJARAN. Bogor: Ghalia Indonesia.
Solso, R. L., & dkk. (2007). PSIKOLOGI KOGNITIF Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Trianto. (2007). Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka